Sunday, March 2, 2008

judi ala AFI,Indonesian Idol,dkk

DEAR ALL MY FRIENDS

TOLONG BACA DAN JANGAN COBA 2X IKUT WALAU PUN HANYA Rp
2000 MAKANYA
BACA OK

Dapat dari milis tetangga.........

Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang AFI
(Akademi Fantasi
Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gw juga dapat
cerita seru dari
kehidupan mereka.

Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau
ketika nongol
di teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan.

Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang
ratusan juta rupiah.
Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat
menggenjot sms
putera-puteri mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu
pun kemenangan
AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan
mereka ditentukan
seberapa besar orang tua mereka sanggup menghabiskan
uang untuk sms.
Orang tua Alfin dan Bojes abis 1 M. Namun mereka orang
kaya, biarin aja.

Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI
2005) yang
tereliminasi di minggu-minggu awal kini punya utang
250 juta. Dia
sekarang hidup di sebuah kos sederhana di depan
Indosiar. Kosnya emang
sedikit mahal RP 500..000. Namun itu dipilih karena
pertimbangan hemat
ongkos transportasi. Kos itu sederhana (masih bagusan
kos gw gitu
loh), bahkan kamar mandi pun di luar. Makannya sekali
sehari. Makan
dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem
and kehidupan
glamor, lha makan aja susah. Ada banyak yang seperti
Fibri. Sebut saja
intan,Nana, Yuke, Eki, dll.

Mereka teikat kontrak ekslusif dengan manajemen
Indosiar. Jadi, kaga
bisa cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar
sangat kecil.
Lagian pembagian job manggung sangat tidak adil.
Beberapa artis AFI
seperti Jovita dan Pasya kebanjiran job, sementara
yang lain kaga
dapat/jarang dapat job. Maklum artisnya sudah
kebanyakan. Makanya buat
makan aja mereka susah. Temen gw malah sering dijadiin
tempat buat
minjem duit. Minjemnya bahkan cuma Rp 100.000. Buat
makan gitu loh.
Mereka ga berani minjem banyak karena takut ga bisa
bayar.

Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para
orang tua dan anak
Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat
sebuah ajang adu
bakat di televisi. Mereka dikontrak ekslusif selama
dua tahun oleh
Indosiar. Namun tidak ada jaminan hidup sama sekali.
Mereka hanya
dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan
tidak menentu.
Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih
sejahtera daripada mereka.

Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil
juga begitu.
Kasian orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam
untuk sebuah
penipuan seperti ini. Seorang anak pernah menangis
tersedu-sedu saat
tidak lolos dalam audisi AFI. Padahal dia beruntung.
Kalau dia sampai
masuk, bisa dibayangkan betapa dia akan membuat orang
tuanya punya
utang yang melilit pinggang, yang tidak akan terbayar
sampai
kontraknya habis.

Mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke
media anda? Gw
punya nomer kontak mereka. Gaya hidup mereka yang
kontras dengan image
publik kayanya menarik untuk diangkat. Ini juga
penting agar anak-anak
dan orang tua di Indonesia kaga tertipu lebih banyak
lagi.

JUDI SMS MENGGILAAAA ......

Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara
kontes-kontesan.
Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni
Terakhir, KDI,
Putri Cantrik, dsb.
Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit
penyanyi terbaik.
Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya
adalah SMS premium.

Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari
jeratan hukum --
setidaknya sampai saat ini. Mari kita hitung. Satu
kali kirim SMS
biayanya --anggaplah-- Rp 2000. Uang dua ribu rupiah
ini sekitar 60%
untuk penyelenggara SMS Center (Satelindo, Telkomsel,
dsb). Sisanya
yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara)SMS. Siapa saja
bisa jadi
bandar, asal punya modal untuk sewa server yang
terhubung ke Internet
nonstop 24 jam per hari dan membuat program
aplikasinya. Jika dari
satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya sekitar Rp800), maka jika
yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk
Indonesia (Coba anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone?
Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa
meraup uang sebanyak
Rp 80.000.000.000 (baca: Delapan puluh milyar rupiah).
Jika hadiah
yang diiming-imingkan adalah ? rumah senilai 1 milyar,
itu artinya
bandar hanya perlu menyisihkan 1,25% dari keuntungan
yang diraupnya
sebagai "biaya promosi"! Dan ingat, satu orang
biasanya tidak
mengirimkan SMS hanya sekali. Masyarakat diminta
mengirimkan SMS
sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan
"siapa tahu"
mendapat hadiah. Kata "siapa tahu" adalah
untung-untungan, yang
mempertaruhkan pulsa handphone. Pulsa ini dibeli pakai
uang. Artinya :
Kuis SMS adalah 100% judi. Begitu menggiurkannya
bisnis ini,
sampai-sampai Nutrisari membuat iklan yang saya pikir
menyesatkan.
Pemirsa televisi diminta menebak, "buka" atau "sahur",
lalu jawabannya
dikirim via SMS. Ada embel-embel gratis. Ada kata,
"dapatkan
handphone..." Saya bilang ini menyesatkan, karena
pemirsa televisi
bisa menyangka : "Dengan mengirimkan SMS ke nomor
sekian yang gratis
(toll free), saya bisa mendapat handphone gratis".

Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat
gawat. Lebih parah
daripada zaman Porkas atau SDSB. Jika dulu, orang
untuk bisa berjudi
harus mendatangi agen, jika dulu zaman jahiliyah orang
berjudi dengan
anak panah, sekarang orang bisa berjudi, hanya dengan
beberapa ketukan
jari di pesawat handphone!

Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini.
Tanpa bantuan anda,
kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka.

Salam,

Bali
KMMI-UAE (Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia yang
berdomisili di Uni Arab Emirates).

No comments: